Kamis, 15 Maret 2018

2 KEHIDUPAN MENGIRINGI


DUA KEHIDUPAN MENGIRINGI



Prolog :

Andri adalah seorang remaja yang mulai beranjak dewasa. Dia sangat suka menggambar, sehingga ketika besar nanti Andri ingin menjadi seorang pelukis atau sesuatu yang berhubungan dengan gambar-menggambar seperti arsitek. Andri sudah menyelesiakan sekolahnya di Sekolah Menegah Pertama (SMP) dan berkeinginan untuk melanjutkan sekolahnya di Sekolah Menegah Kejuruan (SMK), karena di sekolah tersebut terdapat jurusan gambar atau lebih tepatnya jurusan teknik gambar bangunan. Keluarga sepenuhnya mendukung keinginan Andri untuk melanjutkan sekolah di SMK.

Andri mulai belajar agar ia bisa lulus dalam ujian masuk yang merupakan salah syarat utama untuk masuk ke Sekolah Menengah. Hari ujianpun dimulai. Hampir semua soal bisa diselesaikannya. Namun ujian masuk bukanlah satu-satunya syarat di SMK tersebut. Selain nilai dari ujian masuk, semua peserta ujian dikatakan lulus apabila semua nilai Ujian Nasional (UN) di SMP sesuai dengan rata-rata yang ditetapkan di SMK.

Seminggu berlalu setelah ujian masuk dimulai. Hari itu adalah hari Sabtu, hari dimana hasil ujian diumumkan. Banyak orang-orang yang mengerumuni papan pengumuman untuk mengetahui apakah mereka lulus atau tidak, termasuk Andri. Andri mulai mencari namanya di papan penguman, dari atas ke bawah, dari kiri ke kanan. Ia sangat terkejut ketika tak melihat namanya di papan pengumuman.

Setelah mengetahui bahwa Andri tidak berhasil dalam ujian masuk, keluarganya memutuskan ia untuk bersekolah di Sekolah Menengah Atas (SMA)

“Meskipun di SMA, apabila kamu berhasil masuk di jurusan IPA, kamu masih bisa melanjutkan kuliah di jurusan gambar bangunan. Kamu masih bisa menjadi seorang Arsitek!” Tegas saudrinya.

Akhirnya Andripun memutuskan untuk bersekolah di SMA sesuai arahan dari keluarganya. Seminggu sebelum tahun ajaran dimulai, Andri dan ayahya pergi ke SMA yang dituju. Pendaftaran untuk murid baru sebenarnya telah berakhir, namun karena guru-guru di SMA tersebut adalah kenalan ayahnya, Andripun akhirnya diterima.

Ujian masuk? Tentu saja tidak ada ujian masuk. Di SMA tersebut belum diterapkan ujian masuk bagi siswa baru. Dan ceritapun dimulai.




Senin, 14 November 2016

Cerita narasi bermonoton

Narasi Monolog Kehidupan



Berjalan dari satu sisi ke sisi lainnya adalah sebuah hal yang sangat sulit untuk di hadapi. Jalanan penuh bebatuan  membuat aku harus terantuk dan terus terantuk. Puing-puing jejak tapak kakiku terus membekas. Banyak halusinasi yang membuat aku terus berputar di sekitarnya. Problematika yang hanya sementara membuat aku berpaling dari kepasrahan diri.
Tawaku sekejap sekedar menghadirkan naluri pertahanan yang mulai menipis. Sepanjang tatapan mata bukanlah harapan yang tersimpan, namun kehancuran yang selalu tercermin. Puitisku berpaling dari benakku dan syairku terus bergelut melawan kekhilafan akal sehat.

Mimpi ini kadang berpulang, entah dimana dia harus beristirahat. Memoriku kini tak bertuan, melayang jauh dalam pikiran ini. Masaku masih begitu panjang untuk dijalani, namun rasaku begitu jauh untuk tercapai.
Menjauh dan bergerak tanpa aku bisa mengendalikannya. Sanubariku diam tak bergerak menghasilkan alur hidup yang terus tak menentu. Jati diriku mulai menghilang dan masih menanti kedatanganku kembali padanya. Tanganku tidak lagi bergerak mengikuti alunan  pikiranku, spesifik edukasi yang terlampau rumit ku terima. Manis hidup hanyalah fiktif belaka takan menjadi nyata dalam hidupku.


Media melenceng dari rencana mengantar mimpiku berpulang pada gugusannya. Masih tergambar jelas kenyataan, namun kepahitan terlampau amat banyak terlukiskan. Suara tak bertuan menghampiri sesering mungkin memberi bisikan halus menembus gendang telinga. Semua terhalangi properti syaraf  berpikirku. Kepakan sayap pembebasan begitu berat menghambat satu  prioritas kebangkitan dari keterpurukan takan bisa melambung tinggi. Pergerakan lambat kemudi kreasi mengajak prestasi menurun tak pernah mendaki.

Peralihan diriku begitu menekan dan menuntut pemulihan secepatnya. Ada gemuruh pemberhentian yang mengekang sanubari untuk menahan ambisi. Warna kelabu menghiasi latar mungkin takan terhapus dalam pejam  mataku. Logika berpikir menghantam keras maish berakhir tanpa ada hasil yang berakar. Begitu heboh jalanan sempit terus menghimpit raga untuk mengelak.

Kesadaran diri yang begitu sulit kudapatkan adalah sebuh kesadaran yang amat terlampau mahal untuk ku bayar. Itu adalah sebuah harga yang begitu berharga untuk ku raih. Waktu takan mungkin mengajakku untuk kembali, karena aku yang sudah berpaling darinya. Aku sekedar memikirkan apa yang ada untuk saat ini, namun takan pernah melihat untuk hari esok. Memang sangat menyebalkan, sebuah proses evolusi yang tak kunjung berakhir.Tak ada dahan untuk akhir perjalanan ini.

  #. viancapestrano (25-10-2014)

                                                                       

Kumpulan Puisiku



Khusus pecinta puisi, kali ini saya akan memberikan beberapa puisi yang tentunya hasil dari karya sendiri. Jika kita berbicara tentang puisi, berarti kita berbicara mengenai sastra. Hal ini karena puisi merupakan bagian dari karya sastra.
Di Indonesia sendiri, puisi dibagi menjadi beberapa periode. Namun, saya tidak akan membahas tentang periode-periode ataupun sejarah dari puisi. Yang ingin saya bahas adalah bagaimana cara menulis puisi yang bagus.

Penulisan puisi sama seperti penulisan lirik lagu. Yang menjadi pembedanya adalah penekanan keindahan kata dari puisi lebih baik dari pada penulisan sebuah lirik lagu, misalnya kata-kata yang bermajas, kata-kata pengandaiannya. Semua kata yang digunakan memiliki kelas yang sangat tinggi. Hal ini yang menjadikan puisi termasuk dalam pembelajaran di sekolah.
Berikut kumpulan hasil karya saya sendiri. Puisi-puisi dibawah ini mengikuti aturan puisi lama dan puisi modern.
Selamat membaca!


Seperti Mereka

Sepoi angin gugurkan dedaunan
Terbangkan debu tanpa ada jejak
Gumpalan awan pasrah melayang
Dihempas tanpa arah dan tujuan
Mentari berdiri tanpa menopang
Terangi hari tanpa mengeluh
Ombak saling berkejaran
Disambut ria pohon ketapang
Sudut aliran sungai menyambung
Sampaikan salam dari pegunungan
Janjikan mimpi yang sempurna
Diatas siklus kehidupan semu
Aku sejenak berpikir
Memandang melalui hati
Melayangkan pertanyaan dalam diri
Apakah aku seperti mereka?


#.viancapestrano (02-12-2014)


                       =  RASAKU DISINI  =

Hidupku terus beranjak mengikuti waktu.
Alurnya tak tentu dihempas jalanan.
Hanya mimpi yang mengiringi,namun.
Tak pernah nyata untuk ku raih.
       Untuk apa aku hidup?
       Untuk mati?
       Untuk menderita?
       Atau,mengetahui hidupku yang liar?
Aku bukanlah boneka!
Dibuang kerasnya opini mulut-mulut munafik.
Membakar aku bersama dahan pohon-pohon rapuh.
       Jiwaku belum beranjak dari raga.
      Nafasku belum ingin berhenti menemaniku.
       Ribuan tahun aku berdiri, tepat disini!
       Tapi sayang, aku hanyalah bayangan yang terlupakan.
       Dipandang tak terlihat.
        Mendengar tak bersuara.

#.viancapestrano (28-11-2014)


                  KERINDUAN SANG KEKASIH

Dia menunduk tanpa suara
Ada rasa yang terpendam
Di sana, menunggu tak henti
Di bawah pohon ketapang tua

Bumi terus mengitari mentari
Sejuknya pagi, indahnya rona petang
Sahabat sajatinya
Ketika penantiannya berlanjut

Bukan hati tak ingin
Waktu, keadaan terus  berpaling
Semua tak berpihak
Rindumu terbawa mimpi

#.viancapestrano (24-10-2014)


AKU DAN PELITA

Kala waktu takan menyapa
Apakah mataku tetap terbuka?
   Pelita kecil menyala redup
   Air matanya telah habis menetes.
   Samar-samar terlihat
Aku!Bukan,tapi dia.
Selalu bahagia.
   Siulan menghibur
   Dia bergantung dengan santainya.
   Aku sejenak mengejek.
   Bukan untuknya,tapi untukku
Sendiri,tak pernah bahagia.
Tertunduk dan tak pernah tersenyum.

      #.viancapestrano (11-09-2014)


= Kisah Penantian =

Suasana hati seperti belati
Menusuk mati tak tak pernah berhenti
Terus menunggu cinta sejati
Dalam peti dijaga seekor merpati
Dia menanti di tepi pantai
Menyusun rantai panjang menguntai
Dibawah melati yang selalu menyertai
Menemani harinya dengan bersantai
Gemulai ombak yang terurai
Menghempas nyiur belai menari
Sampaikan bisikan angin dengan berseri
Menantikan kabar
Menantikan kembalinya sebuah kisah
Sang mentari tersenyum memandang terbalik
Mengantarnya kembali seraya tersenyum berbalik
Semaikan pesan semakin membaik
Rindu yang ada terus membaik

#.Capestrano oktavian (24-11-2014)



 Di Persimpangan Itu

Bukanlah takdir atau pilihan
Dilepaskan tumpuannya dan menghilang
Dikhianati sayapnya
Dilupakan jemarinya
Ditengah persimpangan jalan itu
Dia masih tegap berdiri
Dia masih tegar bertahan
Hanya seorang diri
Saat tiba masanya
Waktupun pasti akan berpaling
Dirinya
Masih jalani dan terus jalani
Tetap setia dan masih manampakan diri
Mengejar waktu sebisa munkin
Ia adalah saksi
Derasnya arus melalang buana
Damainya alur berdendang sendu
Pohon di persimpangan sungai
Akankah ia tetap sperti itu?
Tetap tegar untuk berdiri
Tetap tegar menghalau goncangan
Untuk mereka semua

#.viancapestrano (04-12-2014)